Ternyata Inilah 5 Alasan Penyebab Startup Bangkrut

0
237 views
startup bangkrut

Badai PHK terus terjadi pada Startup. Beberapa startup bahkan sudah menyatakan untuk gulung tikar alias bangkrut. Tapi bila ditelusuri lebih lanjut, sebenarnya apa penyebab startup bangkrut?

Keinginan masyarakat terutama kalangan milenial untuk membuat startup kian meningkat. Hal ini beriringan dengan tumbuhnya startup seperti GoTo, Tiket.com, Traveloka, OVO yang kemudian menjadi Unicorn di Indonesia.

Disusul Ruang Guru yang juga akan menjadi the next Unicorn di Indonesia. Pertumbuhan valuasi yang eksponensial ditambah iming-iming mendapatkan kucuran investasi ratusan juta dollar menjadi daya tarik sendiri untuk milenial memulai membangun startup.

Sayangnya, data menunjukkan sekitar 80-90% Startup gagal saat merintis. Alih-alih ingin menjadi perusahaan besar di bidang teknologi kenyataannya berakhir tragis.

Lalu, apa saja yang menjadi penyebab kegagalan startup?

Baca Juga: Cara Perusahaan Bertahan di Masa Pandemi

startup bangkrut

Tidak Adanya Kebutuhan Pasar

Pada saat startup dibuat hal yang harus dipastikan adalah adanya product market fit. Yaitu kesesuaian antara produk/solusi yang ditawarkan dengan kebutuhan pasar.

Ini hal yang fundamental, sayangnya berdasarkan laporan dari CBInsights 42% Startup gagal disebabkan karena produk mereka tidak dibutuhkan pasar.

Itulah mengapa dalam pembelajaran membangun Startup perlu diajarkan bagaimana menemukan product market fit yang itu diawali dengan ditemukannya problem solution fit terlebih dahulu.

Tidak hanya produk atau solusi itu dibutuhkan tetapi juga market punya intensi untuk membelinya. Ingat yang kamu buat adalah sebuah bisnis yang harus menghasilkan bukan yayasan yang cukup dengan memberikan bantuan.

Kehabisan Uang

Kok bisa kehabisan uang kan baru mulai, uangnya dari mana? Perlu diketahui Startup yang baru mulai biasanya memiliki dua metode untuk mendapatkan pendanaan yaitu dengan dana sendiri atau disebut bootstrapping dan juga dana investor.

Mayoritas Startup teknologi sekarang menggunakan dana investor untuk mengakselerasi startupnya. Dana yang dikucurkan tidaklah sedikit bisa sekitar Rp100 juta sampai miliaran rupiah dan itu umumnya dikasih dalam beberapa series pendanaan.

Dana tersebut umumnya digunakan untuk memperbesar valuasi perusahaan dengan cara meningkatkan akuisisi konsumen.

Nah, upaya akuisisi yang dilakukan adalah dengan memperbesar budget marketing dan melakukan hiring karyawan sebanyak-banyaknya terutama yang IT untuk mengatasi bug.

Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah bakar uang. Tidak peduli akan profit yang penting konsumen tertarik untuk menggunakan produknya.

Contohnya perusahaan e-wallet yang mengupayakan memberikan cashback yang besar agar pengguna mau menggunakan aplikasinya.

Alhasil niat hati ingin mendapatkan profit yang diterima malahan jadi defisit. Uang sudah tidak lagi dimiliki. Investor juga memiliki sisi rasional untuk bisa meraih profit dari bisnis yang ia investasikan.

Kalau bisnis tersebut merugi artinya tidaklah tepat untuk si investor memberikan dananya lagi. Uang tidak lagi didapatkan alhasil Startup pun gulung tikar.

Baca Juga: Bisnis Kopi (Trend Bisnis Masa Kini)

Kalah Kompetisi

Dulu kita mengenal ada beberapa search engine diantaranya ada yahoo, bing, dan juga google. Tetapi saat ini apa yang paling banyak dipakai? Yap Google. Yahoo dan bing kalah dalam kompetisi sebagai teknologi search engine.

Begitulah Startup teknologi pada umumnya. Dikarenakan uang yang diterima dari investasi sangat besar alhasil mereka gunakan untuk mendapatkan akusisi konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menang dalam kompetisi dalam niche yang sama.

Sebut saja perusahaan edutech seperti Ruangguru dan Zenius. Dan ada juga beberapa Startup edutech lainnya namun tidak “seviral” kedua edutech tersebut. Dalam persaingan di dunia startup yang mengungguli niche edutech ini khususnya dengan target para pelajar adalah Ruangguru.

Startup yang dipimipin oleh Belva Devara ini sangat terkenal dan dikabarkan akan menjadi the next unicorn startup di Indonesia. Akibatnya Zenius kalah saing dan harus berupaya memberikan inovasi agar bisa bersaing dengan Ruangguru.

Begitupun dengan perusahaan e-wallet. Awal-awal kemunculannya ada banyak e-wallet yang hadir ke publik namun yang saat ini masih bertahan hanya beberapa diantaranya, Gopay, OVO, Shopeepay, dan Dana.

startup bangkrut

Salah Model Bisnis

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa pada saat menghadirkan produk pastikan produk tersebut memang dibutuhkan dan market “rela” untuk membayar untuk memilikinya.

Sayangnya, yang sering terjadi startup hadir dengan memberikan solusi tetapi tidak kunjung mendapatkan cara untuk mendapatkan uang dari solusi yang dihadirkan.

Operasional membengkak tetapi pendapatan tak kunjung didapatkan alhasil startup tersebutpun bangkrut.

Banyak founder Startup yang dengan idealismenya solusinya bisa memecahkan masalah, tetapi yang juga perlu disadari idealisme itu perlu diiringi dengan realisme yang memungkinkan startup tersebut bisa bertahan sehingga solusi yang ditawarkan juga bisa sustain.

Itulah mengapa dalam pelajaran bisnis ada metode Business Model Canvas (BMC) untuk membedah sebuah bisnis dan mencari tahu bagaimana cara bisnis tersebut bisa mendapatkan profitnya.

Bila saat ingin membuat bisnis dan menghadirkan solusi namun tidak ditemukan how to get income maka baiknya untuk dihentikan terlebih dahulu dan dipikirkan lagi cara untuk mendapatkan uangnya.

Baca Juga: Lean Startup (Metode Membangun Startup yang Tervalidasi Pasar)

Komposisi Tim yang Tidak Tepat

“Bukan how tapi who“, inilah yang diungkapkan oleh Simon Sinek agar sebuah perusahaan bisa berjalan maksimal. Terkadang saat ingin memulai bisnis kita sering fokus dengan “bagaimana caranya” padahal yang lebih tepat kita harus fokus pada “siapa yang bisa handle?”

Dengan begitu tidak perlu lagi trial and error dalam membangun startup. Komposisi tim yang tidak tepat ini terjadi karena jumlah penggerak startup yang terbatas akhirnya setiap orang “dipaksa” untuk mengerjakan bagian yang menjadi penting dalam startup tersebut.

Padahal bisa jadi dirinya tidak tepat untuk bekerja di bagian tersebut. Seperti orang yang memiliki kemampuan strategik kemudian ditempatkan di bagian yang sifatnya teknik. Hal ini tentunya tidak tepat. Setiap posisi harus dipegang oleh orang yang tepat.

Nah itulah 5 alasan yang menyebabkan sebuah startup bangkrut. Buat kamu yang ingin memulai startup pastikan kamu menghindari kelima hal di atas ya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here