70 Tahun Berjaya Kini Toko Gunung Agung Tutup, Apa Hikmahnya dalam Bisnis?

0
101 views
toko gunung agung tutup

Kabar tidak menyenangkan datang dari salah satu toko buku terbesar di Indonesia yaitu Toko Gunung Agung yang memutuskan untuk menutup seluruh gerainya. Yap toko gunung agung tutup.

Hal ini disampaikan oleh Direksi PT Gunung Agung Tiga Belas pada Minggu, 21 Mei 2023. Dalam keterangannya, disampaikan bahwa mereka tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar.

Dalam analisisnya, toko buku Gunung Agung terus mengalami penurunan pendapatan dikarenakan perilaku konsumen sudah berubah.

Terlebih pada masa pandemi Covid-19, penjualannya terjun bebas sehingga mereka harus menutup outlet yang ada di Bekasi, Bogor, Gresik, Jakarta, Magelang, Semarang, dan Surabaya.

Tentunya banyak orang yang menyayangkan atas tutupnya toko buku legendaris tersebut. Tetapi fakta bisnis tidak dapat dielakkan.

Baca Juga: Tupperware Terancam Bangkrut, Ini Pelajaran Bisnis yang Bisa Diambil

Sejarah Toko Gunung Agung

Toko Gunung Agung adalah sebuah bisnis dibawah PT Gunung Agung Tiga Belas yang telah berdiri sejak tahun 1953.

Pendirinya adalah Tjio Wie Tay yang kemudian akrab dikenal dengan nama Haji Masagung dan dari sinilah nama itu berasal.

Menariknya perusahaan ini saat itu didirikan hanya dengan modal Rp500.000. Dengan modal tersebut Toko Gunung Agung berhasil memamerkan 10.000 buku dan kemudian memprakarsai pameran buku yang kemudian disebut Pekan Buku Indonesia 1954.

Selama 70 tahun sejak berdirinya toko ini berhasil menjadi toko buku ritel yang memiliki dan menyediakan berbagai buku lengkap dengan alat tulis yang dibutuhkan.

Kemudian mereka juga memperluas lini produk yang dijual dengan menambahkan alat musik, barang olahraga, peralatan kantor dan produk teknologi tinggi.

Namun, saat ini toko tersebut harus menelan pil pahit. Tidak ada yang tahu memang akhir dari sebuah bisnis. Tapi bukan berarti kejadian ini tidak bisa diambil hikmahnya.

Lantas apa hikmah yang dapat diambil dari tutupnya toko buku gunung agung?

Baca Juga: Ternyata Inilah 5 Alasan Penyebab Startup Bangkrut!

Pentingnya Adaptasi

Alasan utama yang membuat Toko Buku Gunung Agung tutup adalah adanya perubahan perilaku konsumen.

Perubahan perilaku yang dimaksud adalah pola membaca yang lebih prefer menggunakan media digital baik tablet, laptop, ataupun yang khusus yaitu kindle.

Ebook juga sudah mulai banyak disediakan di beberapa platform. Kemudahan membaca dengan menggunakan gadget menjadi daya tarik sendiri.

Terlebih dalam satu gadget, pengguna bisa memasukkan berbagai macam judul buku sehingga tidak kesulitan dan berat untuk membawanya kemana-mana.

Dalam kondisi tersebut, Toko Gunung Agung masih bertahan dengan pola penjualan konvensionalnya.

Tidak dihadirkan sarana digital yang memudahkan pembaca mengakses buku lewat gadget mereka.

Lain hal dengan kompetitornya yaitu Gramedia yang sudah menghadirkan gramedia digital sebagai sarana bagi pembaca digital untuk bisa mengakses buku-buku gramedia tanpa harus membeli versi cetaknya.

Bahkan ada skema pembayaran membership yang mana pembaca bisa mengakses seluruh buku Gramedia Digital dalam kurun waktu tertentu.

Baca Juga: Cara Perusahaan Bertahan di Masa Pandemi

Gagal Menggaet Pasar yang Masih Ada

Sebenarnya bila ditelisik lebih dalam pasar yang menyukai buku cetak sejatinya masih banyak. Hal ini dikarenakan pola belajar masing-masing individu berbeda.

Ada yang nyaman dengan menggunakan gadget ada juga yang masih lebih nyaman dengan menggunakan buku hardcopy.

Sayangnya existing market tersebut yaitu orang-orang yang masih prefer ke buku cetak gagal diraih.

Kurangnya kolaborasi menjadi faktor kegagalan Toko Gunung Agung.

Lain halnya dengan Gramedia yang sering berkolaborasi dengan para penulis untuk mengadakan launching atau bedah buku di tempatnya, Toko Gunung Agung tidak atau jarang melakukan siasat tersebut.

Kejadian tutupnya Toko Gunung Agung tutup memberikan tanda bahwa tidak selamanya yang bertahan lama tetap akan terus berjaya.

Kehilangan sebuah inovasi dan tidak mampu adaptasi sama saja dengan kehilangan semuanya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here